Mengapa Mereka Yang Berpenampilan Menarik Lebih Cepat Mendaki Tangga Karier?

Aldy Pradana
2 min readJan 7, 2021

--

Ahli psikologi, Edward Lee Thorndike, menemukan efek silau ini hampir 100 tahun yang lalu.

Kesimpulannya adalah bahwa satu ciri (misalnya kecantikan, status sosial, usia) menghasilkan kesan positif atau negatif yang bersinar lebih dari yang lain.

Kecantikan adalah contoh penelitian yang paling baik.

Lusinan penelitian menunjukkan bahwa secara otomatis kita menganggap orang yang berpenampilan menarik sebagai orang yang menyenangkan, jujur, dan cerdas.

Efek silau adalah bab ke 38 dari buku The Art of Thinking Clearly (99 Sesat Pikir), Rolf Dobelli.

Kali ini membahas tentang efek silau (halo effect). Efek ini terjadi ketika satu aspek tunggal menyilaukan kita, dan mempengaruhi cara kita melihat keseluruhan gambar.

Sebelum lanjut, bagi yang menyukai baju polos minimalis, Arsenio Apparel Store mempunyai beberapa baju polos dengan berbagai macam warna. Silakan klik link berikut. Terima kasih 🙂

Instagram: @arsenio.store.id

Efek silau terjadi dengan cara yang sama:

Kita mengambil fakta yang mudah diperoleh, dan menarik kesimpulan (yang sebenarnya sulit untuk dipastikan) seperti keunggulan manajemennya atau kelayakan strateginya.

Periklanan telah bersekutu dengan efek silau. Lihatlah banyak artis yang tersenyum kepada kita melalui iklan televisi, papan reklame, majalah, dan social media.

Apa yang membuat seorang pemain tenis profesional seperti Roger Federer menjadi ahli dalam mesin kopi?

Kita terbiasa melihat artis mempromosikan produk yang belum tentu ada hubungannya.

Inilah kelicikan efek silau.

Yang diperlukan hanyalah wajah yang menarik, gaya hidup, dan produk tersebut.

Podcast: Aldy Pradana

Efek silau menghalangi pandangan kita dari ciri yang sebenarnya.

Untuk menetralkannya, lihatlah lebih jauh dari sekedar penampilan luar. Singkirkan faktor yang paling mencolok.

Gali lebih dalam.

Investasikan waktu untuk melakukan penelitian yang lebih serius.

Yang muncul tidak selalu indah, tapi hampir selalu mendidik.

Itu tadi yang saya rangkum dari bab ketiga puluh delapan dari buku The Art of Thinking Clearly (99 Sesat Pikir), Rolf Dobelli. Kemungkinan, saya akan merangkum lagi di beberapa postingan ke depan, pastinya dengan gaya bahasa saya.

Semoga bermanfaat.

Sekian dan terima kasih.

--

--

Aldy Pradana

Talks about Social Media, Movies, & Pop culture | Personal Blog: aldypradana.com | Instagram: @aldy_pradana17 & @arsenio.store.id