Jangan Terjebak Ilusi Dari Kisah Sukses Seseorang

Aldy Pradana
3 min readJan 5, 2021

--

Copyright: Mladen Mitrinovic

Saya sedang membaca buku The Art of Thinking Clearly (99 Sesat Pikir), Rolf Dobelli.

Pada bab pertama, penulis menceritakan tentang ilusi dari kisah sukses.

Misalkan, bintang musik rock yang ada di mana-mana. Mereka tampil di televisi, di halaman depan majalah, di konser, dan di situs penggemar online.

Termotivasi oleh musisi yang sukses ini, anggaplah seseorang mencoba untuk membuat band rock dengan harapan sesukses musisi yang ia lihat.

Podcast: Aldy Pradana

Apakah ia akan berhasil?

Apakah ia akan sesukses bintang musik rock itu?

Kemungkinannya hanya sedikit.

Sama seperti orang lain, yang mencoba dengan harapan yang sesukses orang yang ia lihat, mereka berujung ke makam pemusik yang gagal.

Makam di mana menjadi tempat tinggal 10.000 musisi yang gagal. Musisi gagal yang tidak terosot media, dan tidak menarik bagi wartawan (kecuali, musisi bintang yang mengalami kejatuhan).

Tertulis di bab pertama buku tersebut, kemenangan dibuat lebih kentara daripada kegagalan. Secara sistematis, banyak orang memperkirakan kemungkinan sukses terlalu tinggi.

Setelah mencoba dan gagal, banyak orang menyerah. Orang-orang ini tidak sadar, betapa kecil kemungkinan untuk sukses.

Seperti kebanyakan orang, mereka adalah korban bias kelestarian (survivorship bias).

Sebelum lanjut, bagi yang menyukai baju polos minimalis, Arsenio Apparel Store mempunyai beberapa baju polos dengan berbagai macam warna. Silakan klik link berikut. Terima kasih 🙂

Instagram: @arsenio.store.id

Di balik setiap penulis terkenal, terdapat 100 penulis bukunya tidak pernah terjual.

Di belakang mereka, ada 100 lagi penulis yang bahkan belum menemukan penerbit.

Di belakang mereka, ada lagi 100 menulis dengan tulisan yang belum selesai dan tertutup debu di laci.

Namun, kita hanya mendengar tentang penulis- penulis sukses, dan tidak mengenali bahwa kemungkinan berhasil sebagai penulis itu juga kecil.

Hal yang sama berlaku bagi fotografer, pengusaha, artis, atlet, dan seterusnya. Media tidak tertarik untuk mencari informasi tentang makam orang-orang yang gagal. Dan memang bukan itu tugasnya. Untuk menghindari bias kelestarian, kita harus mencari informasinya sendiri.

Lawanlah bias itu dengan secara rutin mengunjungi makam proyek, investasi, dan karir yang pernah menjanjikan. Perjalanannya akan menyedihkan, tapi akan membersihkan pikiran kita.

Itu tadi yang saya rangkum dari bab pertama buku The Art of Thinking Clearly (99 Sesat Pikir), Rolf Dobelli. Kemungkinan, saya akan merangkum lagi di beberapa postingan ke depan, pastinya dengan gaya bahasa saya.

Semoga bermanfaat.

Sekian dan terima kasih.

--

--

Aldy Pradana

Talks about Social Media, Movies, & Pop culture | Personal Blog: aldypradana.com | Instagram: @aldy_pradana17 & @arsenio.store.id