Iri Hati Termasuk Tipe Pujian Yang Paling Tulus. Namun, Juga Membuang-Buang Waktu.

Aldy Pradana
2 min readJan 9, 2021

--

banjirembun.com

Ada dongeng dari Rusia,

“Tetanggaku punya seekor sapi, sedangkan aku tidak punya. Aku mau sapinya mati mendadak.”

Coba bayangkan, rekan Anda mendapat bonus besar. Lalu, Anda hanya mendapat kupon hadiah.

Anda merasa iri.

Kondisi itu menciptakan rantai perilaku yang tidak rasional: Anda menolak membantu rekan anda, menyabotase rencananya, bahkan menusuk ban mobilnya.

Anda diam-diam bersuka cita saat kakinya patah karena main ski.

Dari semua bentuk emosi, iri hati adalah yang paling konyol.

Mengapa?

“Iri adalah sifat buruk yang paling bodoh. Karena sama sekali tidak ada untungnya.” tulis Balzac.

Singkatnya, iri hati termasuk tipe pujian yang paling tulus. Namun, juga membuang-buang waktu.

Sebelum lanjut, bagi yang menyukai shortpants, semi jogger, dan trackpants, Arsenio Apparel Store mempunyai beberapa celana dengan berbagai macam warna. Silakan klik link berikut. Terima kasih 🙂

Instagram: @arsenio.store.id

Banyak hal yang menyulut rasa iri: harta, status, kesehatan, bakat, kepopuleran, kecantikan, dll.

Iri sering tertukar dengan cemburu karena reaksi fisiknya sama. Bedanya, subjek iri adalah benda, kalau cemburu adalah perilaku orang ketiga.

Iri membutuhkan dua orang, cemburu membutuhkan tiga orang.

Anehnya, rasa iri mengarahkan kebencian kepada yang punya kemiripan terhadap kita.

“Sebagai penulis, saya tidak iri dengan musisi, manajer, atau dokter gigi. Kalau ke sesama penulis, baru iya.”

Sebagai CEO, mereka akan iri kepada CEO lain.

Sebagai supermodel, mereka akan iri kepada supermodel lain.

Aristoteles sadar akan hal itu, “Perajin tembikar iri terhadap sesama perajin tembikar.”

Bagaimana cara meredakan rasa iri?

Pertama, berhenti membandingkan diri dengan orang lain.

Kedua, ciptakan tempat di mana Anda adalah yang terbaik. Tidak masalah seberapa kecil area keahlian Anda. Yang terutama adalah Anda raja di istana itu.

Itu tadi yang saya rangkum dari bab ke delapan puluh enam dari buku The Art of Thinking Clearly (99 Sesat Pikir), Rolf Dobelli. Kemungkinan, saya akan merangkum lagi di beberapa postingan ke depan, pastinya dengan gaya bahasa saya.

Semoga bermanfaat.

Sekian dan terima kasih.

--

--

Aldy Pradana
Aldy Pradana

Written by Aldy Pradana

Talks about Social Media, Movies, & Pop culture | Personal Blog: aldypradana.com | Instagram: @aldy_pradana17 & @arsenio.store.id

No responses yet