Catatan Untuk Masa Depan: Benteng Iman

Aldy Pradana
2 min readDec 9, 2021

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Catatan Untuk Masa Depan adalah usaha saya untuk meninggalkan jejak di internet. Semoga saat kamu “dewasa” nanti, bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari sini.

Sekarang sudah memasuki episode 4, dan pada episode ini, saya akan bicara tentang Benteng Iman.

Benteng iman ini sebenarnya istilah saya sendiri.

Dimana kita punya kesungguhan untuk menjaga prinsip dan pedoman yang kita pegang. Bisa soal agama atau hal yang lain.

Contoh, saya sangat menjaga diri untuk tidak merokok. Dulu, ibu saya pernah menasehati saya untuk tidak merokok. Ibu saya sering menasehati banyak hal, tapi entah kenapa, nasehat yang ini menempel terus di kepala saya.

Saya ingat, saya SD dinasehati untuk tidak merokok. Di umur segitu, masih gampang karena anak SD yang lain tidak merokok. SMP juga sama.

Baru di SMA, kuliah, dan saat kerja, itu berasa tantangannya. Karena banyak banget, teman saya yang merokok. Nah, benteng iman berperan di sini. Mau tetap kokoh untuk menjaga prinsip atau tidak.

Saya mencoba untuk bertahan dengan prinsip tidak merokok. Salah satu caranya, dengan tidak mau beradaptasi dengan asap rokok. Orang yang jarang kena asap rokok, sekalinya menghirup asap rokok itu kayak mencium sesuatu yang asing. Itu yang mau saya pertahankan.

Makanya, saya menjaga diri dari asap rokoknya. Tidak terbiasa dengan asap rokok, agar saat bertemu asap rokok, pasti ingin segera menjauhi asap rokok itu.

Itu usaha saya untuk tidak merokok.

Itu usaha yang saya maksud dengan benteng iman. Kokoh menjaga prinsip dan pedoman yang kita pegang.

Soal iman, kalau bicara soal agama, pasti ada yang imannya naik-turun. Ini sekalian saya sambungkan saja ke arah sana.

Ada kalanya, kita semangat untuk ibadah.

Misal, solat tepat waktu. Iman lagi naik, kita semangat beribadah. Dengar adzan langsung berangkat solat. Atau bahkan, sebelum adzan tiba, sudah ada niat untuk datang masjid untuk menjalankan solat.

Namun, ada kalanya, iman turun, semangat untuk ibadah menurun. Solat di akhir waktu. Di menit-menit terakhir. Solat tidak khusyuk, dikerjakan dengan tidak serius.

Dari sepengetahuan saya, dan pengalaman saya, ya memang begitu. Namanya juga manusia.

Nasehat saya, paksa.

Paksa untuk melakukan hal yang baik. Paksa untuk ibadah, untuk solat, atau untuk hal positif yang lain

Kalau misal, kamu ternyata sedang melewati hari yang buruk. Sedang banyak masalah, sedang banyak pikiran, dan merasa lingkungan tidak mendukung, sehingga kamu melakukan hal yang tidak semestinya.

Ya sudah, taubat.

Minta maaf.

Akuilah kesalahan.

Lalu, buka lagi halaman baru.

Buka lagi lembaran baru.

Paksa diri sendiri untuk bangkit, paksa diri sendiri untuk keluar dari situasi itu, paksa diri sendiri untuk keluar dari kondisi itu.

Bangun lagi benteng iman yang kokoh, meskipun itu berarti, harus bikin lagi dari batu pertama.

Tidak apa-apa. Ulangi lagi dari awal.

Hidup memang seperti itu. Banyak tantangannnya, banyak rintangannya.

Ada yang gampang dilalui, ada yang susah.

Yang penting tetap jaga imannya, untuk tetap di jalur yang benar. Kalau ternyata kamu melakukan suatu kesalahan, yang harusnya tidak kamu lakukan, minta maaf, akuilah kesalahan.

Lalu, perbaiki lagi dengan membangun dari awal benteng iman yang kokoh.

Itu saja dari saya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

--

--

Aldy Pradana

Talks about Social Media, Movies, & Pop culture | Personal Blog: aldypradana.com | Instagram: @aldy_pradana17 & @arsenio.store.id