Benarkah Barang Langka Itu Lebih Berharga?

Aldy Pradana
2 min readJan 6, 2021

--

bp-guide.id

Ada satu cerita di buku yang saya sedang baca,

Saya sedang minum kopi di rumah teman. Kami sedang bercakap-cakap ketika ketiga anaknya bermain di lantai.

Tiba tiba saya teringat kalau saya membawa kelereng satu kantong penuh. Saya melempar kelereng itu ke lantai, sambil berharap ketiga malaikat kecil itu akan memainkannya dengan damai.

Ternyata tidak sama sekali, mereka bertengkar.

Saya tidak mengerti apa yang terjadi, sampai saya perhatikan lebih cermat. Tampaknya, di antara begitu banyak kelereng, hanya ada satu yang berwarna biru.

Mereka berebut untuk mendapatkannya.

Padahal, semua kelereng berukuran sama persis. Tapi yang berwarna biru, karena cuma satu, seperti berbeda dari yang lainnya.

Sekarang, saya masuk ke bab 27 dari buku The Art of Thinking Clearly (99 Sesat Pikir), Rolf Dobelli.

Kali ini membahas tentang barang langka, serta dampaknya terhadap pikiran dan kelakuan kita.

Sebelum lanjut, bagi yang menyukai baju polos minimalis, Arsenio Apparel Store mempunyai beberapa baju polos dengan berbagai macam warna. Silakan klik link berikut. Terima kasih 🙂

Instagram: @arsenio.store.id

“Selama persediaan masih ada!”

“Hanya hari ini!”

Pemilik dari galeri seni mengambil keuntungan dari kekeliruan kelangkaan dengan memberikan kata-kata tambahan seperti di atas. Dia bahkan menempatkan “tanda terjual” di hampir semua lukisannya.

Tujuannya agar beberapa karya yang masih ada menjadi barang langka.

Barang langka yang harus segera diperebutkan.

Kita mengeloksi perangko, koin, mobil antik yang bahkan sudah tidak praktis.

Padahal, kantor pusat tidak menerima perangko lama, bank tidak menerima koin lama, dan mobil antik tidak lagi diijinkan di jalan.

Kesimpulannya, reaksi terhadap kelangkaan adalah berhentinya pikiran jernih. Nilailah produk dan layanan hanya berdasarkan harga dan keuntungannya.

Podcast: Aldy Pradana

Itu tadi yang saya rangkum dari bab ke dua puluh tujuh dari buku The Art of Thinking Clearly (99 Sesat Pikir), Rolf Dobelli. Kemungkinan, saya akan merangkum lagi di beberapa postingan ke depan, pastinya dengan gaya bahasa saya.

Semoga bermanfaat.

Sekian dan terima kasih.

--

--

Aldy Pradana
Aldy Pradana

Written by Aldy Pradana

Talks about Social Media, Movies, & Pop culture | Personal Blog: aldypradana.com | Instagram: @aldy_pradana17 & @arsenio.store.id

No responses yet