Apa Itu KaryaKarsa?
KaryaKarsa adalah Platform Apresiasi Kreator.
Tempat kita dapat langsung mendukung kreator favorit dengan kesinambungan finansial.
Sehingga, kreator bisa mendapatkan pendapatan bulanan langsung untuk terus berkarya.
KaryaKarsa adalah inisiatif dari Ario Tamat, seorang musisi gagal yang akhirnya memilih bekerja di korporat karena alasan finansial.
Ia memiliki pengalaman bekerja di Soundbuzz, Universal Music, dan juga dalam membuat 2 startup, Ohdio.FM di musik dan Wooz.in di software event; selain itu sering menulis soal industri musik, dan mengajar Music Business di SAE Jakarta.
Itu adalah informasi yang saya dapatkan dari websitenya: https://karyakarsa.com/
Terdapat pula Instagram dan Twitter di @karyakarsa_id
“Kami memang ingin para kreator ini bisa merasakan ‘gajian’ dari karya mereka,” ujar Ario Tamat, founder KaryaKarsa. “Selama ini para pekerja kreatif terbiasa bekerja secara project base, alias dapat honornya di saat yang tidak menentu.
Kreator bebas menentukan karya apa yang ditawarkan, menyajikan karya dengan cara seperti apa dan mengatur harga tiap karyanya sendiri.
“Bebas. Mau bentuknya novel, komik, foto, webtoon, pdf, psd, embed video YouTube, kelas atau konsultasi online pakai link Google Meeet atau Zoom. Bahkan, upload lagu atau file audio, kami ada player dan viewer-nya. Jadi para pendukung tinggal menikmati karyanya,” jelas Ario.
Di KaryaKarsa, kita bisa membayar konten per satuan, atau konten paketan. Pembayarannya bisa OVO, GoPay, dan semua bank.
Dan sebagai konten kreator, kita bisa mendapat uang dari sana. Kreator akan mendapatkan 90% dari setiap transaksi yang terjadi pada halaman KaryaKarsanya.
Itu sebelum dipotong biaya transfer bank sebesar Rp 3,500 atau pajak yang mungkin berlaku. KaryaKarsa mengambil potongan 10%, yang digunakan untuk biaya penyelenggaraan platform, termasuk biaya transaksi. Biaya transfer bank ini hanya akan dipotong saat transfer.
Katanya distribusi penghasilan kreator setiap tanggal 25 tiap bulannya (info dari website KaryaKarsa).
Penasaran dengan platform ini, saya pun mencoba untuk membuat konten di sana.
Saya dulu pernah menulis buku non fiksi dan hendak saya ajukan ke penerbit. Tetapi, setelah lama berjuang, buku saya akhirnya ditolak.
Makanya, saya coba upload di KaryaKarsa, tentunya saya revisi kembali, dan saya taruh dari bab 1 sampai bab 10.
Saya punya 2 konten, berbayar dan gratis. Saya menaruh harga per 1 konten ekslusif, ada pula paket berlangganan mengakses semua konten ekslusif selama 30 hari.
Bab 1 — Ceritanya Perkenalan
Dulu sekali pernah menulis buku personal literature (2013–2015).
Buku itu saya coba ajukan ke penerbit Gagasmedia/Bukune. Saya sempat pergi ke Solo, Yogya, bahkan Jakarta.
Ini adalah cerita perjuangan saya menjadi penulis buku.
Bab 2 — Manusia Putih Biru
Manusia Putih Biru adalah bab pertama yang saya tulis bersama editor Gagasmedia/Bukune.
Bab ini mengikuti saran editor: tema adaptasi secara luas & karakter ndeso yang ingin gaul. Ini adalah cerita SMP saya.
Ketika saya ingin “eksis” di sekolah elit dengan melakukan hal keren, seperti ngeband dan ngemall. Tapi, justru selalu menemukan kesialan yang menghadang.
Bab 3 — History of Spepy
Cerita tentang saya dan teman SMP- SMA saya, ingin membuat klub futsal.
Kami ingin membuat nama klub yang bagus, dan desain jersey yang keren, tapi saat diskusi, yang keluar malah ide random yang tidak ada keren-kerennya sama sekali.
Bab 4 — Bocah Ajaib
Cerita saya yang tidak begitu menyukai anak kecil. Saya sukanya ketenangan, dia malah memberi keributan.
Ini adalah cerita saya dengan sepupu saya, Mera (nama disamarkan).
Bab 5 — Dunia Mahasiswa
Cerita sangat pendek seputar Mahasiswa.
Berkisah tentang saya kuliah di kampus yang kurang terkenal, dengan teman sekelas yang lebih banyak perempuannya
Bab 6 — Ranger Merah Sidoarjo
Cerita nonfiksi yang paling banyak unsur fiksi dan hiperbolanya.
Cerita saya teater di TK dan kuliah benar-benar terjadi, tapi kata editor butuh drama kuat untuk menguatkan ceritanya.
Jadilah banyak bumbu drama cukup tersebar di cerpen kali ini.
Inti cerita: Saya punya pengalaman buruk di dunia teater, tapi dipaksa ikut teater dengan memerankan tokoh yang sangat tidak cocok dengan saya: germo.
Bab 7 — Audisi Stand Up Comedy
Cerita saya saat iseng mengikuti audisi stand up comedy. Ini sebenarnya ditolak editor, karena bisa merusak esensi di bab sebelumnya, Ranger Merah Sidoarjo.
Saya kembali masukkan di sini, karena memang ingin membuat cerita yang runtut, dari saya SMP — SMA — kuliah — kerja.
Inti cerita: Saya baru belajar komedi, iseng ingin mencoba audisi stand up comedy. Selama proses menuju audisi, saya mengalami pengalaman yang tidak mendukung. Seperti, tidak lucu saat open mic sehari sebelum audisi, dan nyasar menuju lokasi audisi.
Bab 8 — Pertama Kali Menjadi Guru
Pada tahun 2014, saya masih berjuang menjadi penulis buku dan sedang menanti kabar dari pihak editor: apakah buku saya akan terbit atau tidak.
Sembari menunggu, saya diberitahu bahwa ada pekerjaan menjadi guru. Saya pun memutuskan untuk mencoba. Tidak disangka, saya bertemu anak yang sangat-sangat-sangat spesial di sekolah itu.
Bab 9 — Ketika Seorang Guru Ingin Mencari Oleh-Oleh Untuk Muridnya
Sesuai judul, ini adalah cerita saya saat pulang kampung (Solo). Setelah semua kegiatan saya selesai, saya baru teringat harus membawa oleh-oleh untuk murid di kelas saya.
Bersama teman SMP saya, kami mencari cendera mata yang paling tepat. Yaitu, oleh-oleh khas Solo dan (semoga) disukai anak-anak.
Bab 10 — Kamu Nanti Mau Jadi Apa?
Inspirasi cerita ini adalah guru sekolah saya bertanya ke seluruh kelas, dan bertanya, “Kamu Nanti Mau Jadi Apa?”
Saya yang tidak tahu mau jadi apa di masa depan, akhirnya mencoba banyak hal untuk menemukan jawabannya.
Yang ternyata, butuh perjuangan ekstra yang tak terduga.
Bab 10 ini adalah bab terakhir, yang merangkum semua cerita saya di bab-bab saya sebelumnya.